Resensi Seri Ide Besar Einstein & Relativitas

on Sunday 31 July 2011


RESENSI BUKU NONFIKSI
oleh Afina Alfasia

Judul buku : Seri Ide Besar Einstein & Relativitas

Pengarang : Paul Strathen

Penerbit : Erlangga

Tahun terbit : 2003

Jumlah halaman : vii + 94 halaman


“E = mc2, di mana E adalah energi yang dilepaskan, m adalah massa, dan c adalah kecepatan cahaya.” (halaman 52)

Inilah kunci dari beberapa masalah yang telah mengganggu para ilmuwan selama sekian lama. Rumus ini bisa menjelaskan bagaimana matahari dan bintang-bintang bisa memancarkan energi kalor dan cahaya dalam jumlah yang begitu besar selama jutaan tahun. Rumus ini pulalah yang dapat menghasilkan bom atom yang kemudian dijatuhkan dari atas kota Hiroshima pada tahun 1945.


Tidak disangka, sebuah rumus sederhana itu tercipta dari pemikiran-pemikiran yang sangat sulit dan membutuhkan waktu dua puluh tahun untuk bisa dibuktikan. Rumus itu mampu mengubah pandangan manusia tentang dunia dan alam semesta. Pencipta rumus ini terlahir dari keturunan Yahudi, di sebuah kota kecil di Jerman selatan, pada 14 Maret 1879. Dialah Albert Einstein. Seseorang yang penuh dengan pertanyaan dari sebuah masalah sederhana, tidak disangka menjadi sebuah penemu terbesar dalam sejarah manusia. Bermula dari sebuah pertanyaan “Bagaimana kemagnetan bisa melintasi ruang?” yang membuatnya tidak bisa tidur karena memikirkan persoalan yang belum terjawab oleh ayahnya itu.


Einstein sebenarnya tidak lahir dari keluarga kaya yang mampu membiayai seluruh pendidikannya. Ayahnya telah dua kali bangkrut atas bisnisnya. Ayahnya pula yang menginginkannya untuk bergabung dalam bisnis keluarga. Namun karena keengganan Einstein yang terlihat tidak tertarik pada teknik melainkan tertarik pada fisika dan matematika, membuat Hermann Einstein, ayahnya, tidak lagi memaksanya untuk terlibat dalam bisnis keluarga. Tanpa tindakan “kebijaksanaan” ini, teori-teori tentang relativitas barangkali tidak akan pernah muncul (halaman 9). Einstein seringkali benci pada peraturan yang harus ditaati di sekolahnya. Karena ia lebih memikirkan metodenya sendiri dibandingkan mematuhi perintah, pada saat mengikuti sebuah eksperimen, peralatan yang dipegangnya meledak dan melukai tangannya. Itulah salah satu ciri khas Einstein, suka memakai caranya sendiri.


Pada tahun 1903, ia menikah dengan Mileva Maric, wanita pertama di Prancis yang menerima gelar doktor dalam semua bidang dan dikemudian hari dikaruniai dua orang putra (halaman 21). Selama pernikahannya dengan Mileva, ternyata ia tetap menomorsatukan penelitian ilmiahnya. Ia telah menghasilkan beberapa karya ilmiah dan salah satunya menjelaskan relativitas khusus. Sebagian besar metode Einstein tidak melalui eksperimen, melainkan teori. Beberapa penelitipun kagum sekaligus bingung. Einstein mengklaim bahwa teorinya dapat menjelaskan alam semesta, tetapi semua yang disajikan hanyalah perhitungan matematis (halaman 66). Tekanan demi tekanan, yang terutama disebabkan karena terlalu berkonsentrasi pada karya intelektual, membuat tenaga Einstein terkuras habis. Sebelumnya ia telah bercerai dengan Mileva karena istrinya itu tidak sanggup untuk diduakan dengan fisika dan matematika. Setelah itu pada tahun 1919, ia menikahi Elsa, sepupunya, yang dirasa bisa mampu mengurusinya karena sifat keibuannya.


Pada saat Nazi mengambil alih kekuasaan di Jerman, mereka menawarkan sejumlah 20.000 mark untuk membunuhnya. Ia tidak mengerti mengapa dirinya dicari-cari dan oleh sebab itu akhirnya ia melarikan diri ke Amerika (halaman 74). Pada saat itu sedang terjadi Perang Dunia II, di mana Jerman adalah musuh Amerika. Mendengar bahwa Jerman sedang mengembangkan penelitiannya membuat bom, ia segera menulis surat kepada Presiden Roosevelt perihal kemungkinan membuat proyek serupa. Ternyata tanpa sepengetahuan Einstein, Roosevelt telah membangun sebuah proyek pembuatan bom. Hasilnya adalah pembumihangusan Hiroshima-Nagasaki. Einstein tidak menyangka rumus yang ia kembangkan selama bertahun-tahun itu berdampak begitu besar dan ia sangat menyesali hal itu. Einstein kemudian meninggal pada tanggal 18 April 1855 pada usia ketujuh puluh enam setelah pingsan selama empat hari (halaman 77).


Dalam buku ini terlihat jelas bahwa penulis ingin menunjukkan kepada pembaca ataupun masyarakat tentang ketenaran sang penemu besar, Einstein. Pembaca juga dapat memperoleh sebuah fakta dari kisah ini bahwa seorang penemu besar tidaklah harus terlahir dari keluarga yang mapan dan berlatarbelakang orang-orang terpelajar. Dari kisah ini pula pembaca dapat menyadari bahwa sesuatu yang besar diawali dari hal yang dianggap orang paling sederhana (halaman 3). Kita tidak perlu merasa terpuruk apabila kita belum mendapatkan apa yang ingin kita capai. Lakukanlah kebiasaan positif seperti apa yang dilakukan Einstein di waktu ia terpuruk (halaman 22). Berharaplah seperti Einstein mengharapkan sesuatu yang besar dari kerja keras karya ilmiahnya (halaman 54). Penulis tidak hanya menceritakan Einstein dalam penemuannya (halaman 79). Ia juga menyisipkan beberapa pengetahuan (halaman 25, 63) yang berkaitan dengan karya-karya Einstein. Di akhir halaman pada bab “Kronologi”, ringkasannya sangat membantu pembaca untuk lebih memahami isi bacaan (halaman 85) dan menambah pengetahuan tentang hal-hal yang terjadi dalam penemuannya (halaman 89).


Namun, setelah pembaca membaca habis buku ini, pernyataan pada halaman 77 tidak sesuai dengan pernyataan pada halaman 86 dan ini akan membuat tanda tanya bagi pembaca. Selain itu, pembaca akan merasa jenuh dan bosan dengan isi buku yang semuanya berupa tulisan dan tidak ada satupun ilustrasi yang menggambarkan isi buku. Satu sikap Einstein yang kiranya tidak patut diteladani adalah kecerobohannya dalam memikirkan metodenya sendiri (halaman 12).


Dalam ilmu pengetahuan buku ini sangat sesuai untuk masyarakat terutama pelajar maupun mahasiswa dalam memperluas wawasan. Semangat tidak pantang menyerah yang Einstein terapkan pada setiap pemikiran-pemikirannya merupakan perilaku yang seharusnya dimiliki para pemuda-pemudi di zaman sekarang ini.

0 komentar: