Resensi Buku Fiksi (Lomba Duta Baca 2010)

on Sunday 17 April 2011

RESENSI BUKU FIKSI

Judul buku : Azab dan Sengsara
Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2003
Jumlah halaman : 163 halaman


Ketabahan dan ketakwaan seorang hamba manusia merupakan sifat yang susah untuk diperoleh dalam menjalani hidup yang kian penuh liku. Putus asa pastilah dirasa oleh setiap umat manusia. Namun tidaklah bagi seorang gadis yang diceritakan dalam kisah ini. Dialah Mariamin. Gadis malang yang berperawakan cantik dan berbudi baik itu terus mencoba bertahan dalam kenyataan pahit yang menimpa hidupnya.
Dibawah kemelaratan semenjak ditinggal mati oleh ayahnya, ia membantu ibunya mencari nafkah untuk kebutuhan dirinya, ibu dan adiknya dihari depan. Menggali tanah garapan yang masih tersisa disetiap harinya. Selain itu, janji untuk bersama dalam suatu ikatan pernikahan dengan sahabatnya yang dari kecil itu, Aminu’ddin, yang telah lama ia idam-idamkan akhirnya hanyalah menjadi angan-angan yang menyakitkan yang tak pernah terwujud. Adat yang telah mendarah daging di penduduk kota ini menjadikan ayah Aminu’ddin tidak setuju untuk menikahkan anaknya dengan Mariamin yang dilanda kemelaratan itu sehingga dicarikannya gadis lain yang lebih sederajat untuk dinikahkan dengan Aminu’ddin. Meskipun pada awalnya ayah Mariamin adalah seorang pengusaha di Kampung Sipirok yang sangat kaya. Namun karena keserakahan ayahnya, kini keluarga Mariamin merasakan kesengsaraan yang sangat pedih. Semua orang merasa itulah penderitaan yang seharusnya mereka terima.
Azab pun ia rasakan setelah menikahi seorang pemuda dari tanah jauh Medan bernama Kasibun. Awalnya ia menganggap Kasibun adalah pemuda kaya yang baik budinya. Ternyata tidak. Pernikahan gadis jelita itu inginnya membawa sebuah perubahan bagi kehidupan keluarganya tapi pada kenyataannya hanya membawa kepedihan karena suaminya selalu berlaku kasar kepadanya. Tak kuat dengan perlakuan suaminya itu ia akhirnya memutuskan untuk bercerai dan kembali ke kampung halamannya di Sipirok. Apa daya, hanya sakit dan malulah yang ia bawa sebagai oleh-oleh kepada ibundanya. Di akhir kisah ini hanya diceritakan Mariamin telah meninggal dengan tenang. Nasib telah menjadi suratan takdir Tuhan dan kita sebagai manusia tak dapat menolaknya.
Buku ini membawa pesan yang sangat berarti bagi pembacanya. Di tengah perkembangan zaman, buku ini mampu menyajikan suatu cerita yang sangat menyentuh terutama bagi para orang tua yang masih memberlakukan adat perjodohan dan saling memandang status masyarakat.
Diselingi dengan cerita adat penduduk setempat, penulis berhasil menunjukkan kepada pembaca tentang adat dan kebiasaan yang kurang baik di masyarakat. Diantaranya kisah keserakahan manusia akan nafsunya terhadap manusia lain akan membawa azab bagi dirinya sendiri diakhirat kelak (halaman 42-51). Ada juga kisah lain yang ditulis penulis bahwa orangtua akan melakukan apapun yang terbaik untuk anaknya (halaman 65) meski harus mengorbankan dirinya. Selain itu penulis juga mengajak pembaca agar tidak tertipu oleh kenikmatan dunia dan memuji kebesaran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya melalui syairnya(108-109). Dalam alur cerita ini juga tersurat ketabahan hati Mariamin yang tetap berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa (halaman143). Pembaca pun bertambah wawasannya setelah mendapati bahasa daerah (halaman 25) atau adat suatu suku (halaman 139) yang belum pernah ditemui sebelumnya. Penulis dapat membuat suatu alur yang susah ditebak pada akhir kisahnya. Pesan kehidupan (halaman 126) juga tertuang dalam kisah seorang gadis malang ini.
Penulis menyisipkan kisah demi kisah diluar dari alur cerita ini untuk menyertakan bahwa cerita yang ia tulis ini tidak lepas dari kehidupan nyata yang ada di zaman ini.
Namun ada beberapa alur cerita yang membingungkan karena terlalu seringnya terdapat alur maju-mundur. Selain itu terdapat kekurangan huruf dalam sebuah kata dalam kalimat, sehingga agak menyulitkan pembaca untuk membaca yaitu “anaknda” yang seharusnya dibaca “anakanda” (halaman 112). Ilustrasi yang ditampilkan dalam buku ini cukup memberikan gambaran cerita kepada penulis, tetapi sayangnya ada sebuah gambar yang ditampilkan kurang sesuai dengan cerita yang ditulis (halaman 56). Serta ketidak jelasan tokoh (Mariamin) bagaimana ia meninggal dunia (halaman 163).
Buku ini bersifat universal untuk semua jenis umur maupun latar belakang karena buku ini bercerita tentang kehidupan manusia yang umumnya masih terdapat di tengah manyarakat kita. Syair-syair yang tertulis dalam lembaran buku ini menambah wawasan bagi para penikmat sastra. Buku ini juga bermanfaat sebagai sarana peningkatan ketakwaan karena terdapat unsur keagamaan yaitu tak lupa akan penguasa alam, Tuhan Yang Maha Sempurna.

Alhamdulillah Resensi ini mendapat Juara Harapan 1 tk. Kaltim.

0 komentar: